Recent Posts

-
Latest Posts

Jumat, 21 Februari 2014

Mau tau Sehat Ala Rosululloh SAW ?


Assalamualaikum wr.wb
Kita sering kali mendengar bahwa kesehatan mahal harganya. Ketika jatuh sakit, orang akan berupaya semaksimal mungkin untuk mengembalikan kesehatan yang hilang, tak peduli berapapun biaya yang harus  dikeluarkan.
Terlepas dari berbagai upaya menjaga kesehatan seperti itu, cara hidup sehat sebenarnya bisa dilakukan siapa saja dalam pola hidupnya sehari-hari. Sderhana tapi terbukti menyehatkan. Seperti dipraktekkan dalam kehidupan Nabi Muhammad SAW yang tidak pernah jatuh sakit. Selama hidup Rosululloh itu hanya sakit sekali yaitu menjelang wafatnya.
Bagaiman agar senan tiasa sehat seperti Rosululloh ? ikuti resep berikut :
Selalu bangun sebelum Shubuh.
Rosul selalu mengajak umatnya bangun sebelum Shubuh, untuk melaksanakan sholat sunah dan sholat fardlu Shubuh berjama’ah. Hal ini memberi hikmah yang mendalam. Antara lain mendapat pahala berlimpah dari Alloh, kesegaran udara shubuh yang bagus untuk kesehatan , memperkuat pikiran dan menyehatkan perasaan dan lainnya.
Para pakar kesehatan menyatakan bahwa udara sepertiga malam terakhir sangat kaya dengan oksigen dan belum terkotori oleh zat-zat lain, sehingga sangat bermanfaat untuk optimalisasi metabolisme tubuh. Berbeda dengan orang yang tidak bangun di shubuh hari, lebih mudah terserang rasa malas untuk beraktivitas.
Aktif menjaga Kebersihan.
Rosul selalu senantiasa rapi dan bersih. Tiap hari kamis atau jum’at beliau mencuci rambut-rambut halus di pipi, memotong kuku, bersisir dan berminyak wangi. Untuk menjaga kesehatan mulut dan giginya pada pagi hari, Rosululloh SAW                biasa memakai siwak yang mengandung flour sangat bermanfaat dalam menjaga kesehatan gigi dan gusi.
Tidak Perbanyak Makan.
Sabda Rosul, “Kami adalah sebuah kaum yang tidak makan sebelum lapar dan bila kami makan tidak terlalu banyak (tidak sampai kekenyangan)”(Muttafaq Alaih). Tubuh manusia terdiri 3 ruang. Sepertiga untuk udara, sepertiga untuk air, dan sepertiga lagi untuk makanan. Bahkan ada satu tarbiyyah khusus bagi umat Islam dengan adanya puasa bulan Romadhon untuk menyeimbangkan kesehatan.
Gemar berjalan kaki.
Rosul selalu berjalan kaki ke masjid, pasar, medan jihad, mengunjungi rumah sohabat, dan sebagainya. Dengan berjalan kaki, keringat akan mengalir, pori-pori terbuka dan peredaran darah akan berjalan lancar. Ini penting untuk mencegah penyakit jantung.
Tidak pemarah.
Nasihat Rosululloh : “Jangan Marah” diulangi sampai 3 kali. Ini menunjukkan hakekat kesehatan dan kekuatan Muslim bukanlah terletak pada jasadiyah belaka, tetapi lebih jauh yaitu dilandasi oleh kebersihan dan kesehatan jiwa. Segeralah berwudhu.
Optimis dan Tidak putus asa.
Sikap positif akan memberikan dampak psikologis yang mendalam bagi kelapangan jiwa sehingga tetap sabar, istiqomah dan bekerja keras, serta tawakal kepada Alloh SWT.
Tak pernah Iri Hati.
Untuk menjaga Stabilitas hati dan kesehatan jiwa, mentalitas maka menjauhi iri hatimerupakan tindakan preventif yang sangat tepat.
Wassalamualaikum wr.wb


read more...

Selasa, 02 Oktober 2012



ALAT - ALAT MUSIK TRADISIONAL JAWA BARAT




1. ANGKLUNG

Angklung adalah alat musik tradisional
Indonesia yang berasal dari Tanah Sunda,
terbuat dari bambu, yang dibunyikan
dengan cara digoyangkan (bunyi
disebabkan oleh benturan badan pipa
bambu) sehingga menghasilkan bunyi yang
bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai
4 nada dalam setiap ukuran, baik besar
maupun kecil.

2. GENDANG

Gendang adalah alat bunyian yang
berasal daripada kulit binatang seperti
kerbau, kambing atau lembu. Ia merupakan
salah sebuah alat muzik dalam keluarga
genderang.
Siter dan celempung
Siter dan celempung adalah alat musik
petik di dalam gamelan Jawa. Ada
hubungannya juga dengan kecapi di
gamelan Sunda.

3. ARUMBA


 Arumba (alunan rumpun bambu) berasal
dari daerah Jawa Barat. Arumba adalah alat
musik yang terbuat dari bhan bambu yang
di mainkan dengan melodis dan ritmis.
Pada awalnya arumba menggunakan
tangga nada pentatonis namun dalam
perkembangannya menggunakan tangga
nada diatonis.

4. KECAPI


Kecapi adalah alat musik petik yang berasal
dari daerah Jawa Barat. Bentuk organologi
kecapi adalah sebuah kotak kayu yang
diatasnya berjajar dawai/senar, kotak kayu
tersebut berguna sebagai resonatornya.
Terdapat dua jenis kecapi dilihat dari
fungsi dan bentuk yaitu kecapi siter dan
kecapi parahu(Kecapi Indung). Kecapi siter
digunakan untuk mengiringi lagu-lagu
kawih, sedangkan kecapi parahu (indung)
digunakan untuk mengiringi tembang
sunda (mamaos/Cianjuran).

5. SULING

Suling adalah alat musik tiup yang berasal
dari sunda dan terbuat dari bambu. Dilihat
dari ukuran dan jumlah lubang nada suling
dapat digolongkan dalam 2 jenis yaitu
suling yang berjumlah lubang suara 4 yang
disebut suling degung dan suling yang
berjumlah lubang nada 6 yang biasa
disebut sulung kawih.

6. CALUNG
Calung adalah alat musik Sunda yang
merupakan prototipe dari angklung.
Berbeda dengan angklung yang dimainkan
dengan cara digoyangkan, cara menabuh
calung adalah dengan mepukul batang
(wilahan, bilah) dari ruas-ruas (tabung
bambu) yang tersusun menurut titi laras
(tangga nada) pentatonik (da-mi-na-ti-la).
Jenis bambu untuk pembuatan calung
kebanyakan dari awi wulung (bambu
hitam), namun ada pula yang dibuat dari
awi temen (bambu yang berwarna putih).

7. REBAB
Instrumen musik tradisional yang
menggunakan teknik permainan digesek


adalah Rebab. Rebab berasal dari daerah
Jawa barat, Jawa Tengah, Jakarta (kesenian
betawi). Rebabb terbuat dari bahan kayu
dan resonatornya ditutup dengan kulit
tipis, mempunyai dua buah senar/dawai
dan mempunyai tangga nada pentatonis.
Instrumen musik tradisional lainnya yang
mempunyai bentuk seperti rebab adalah
Ohyan yang resonatornya terbuat dari
tempurung kelapa, rebab jenis ini dapat
dijumpai di bali, Jawa dan kalimantan
selatan.

Itu lah jenis-jenis alat musik tradisional sunda yang sering kita jumpai terutama daerah jawabarat.
Mudah-mudahan bisa menambah wawasan ilmu pengetahuan kita tentang budaya dan kesenian tradisional indonesia.
read more...

Senin, 01 Oktober 2012

Musik Tradisional PAPUA



Orang Papua dikenal bersifat ekspresif. Mereka mengisi setiap momen penting dalam kehidupannya dengan jiwa seni yang tinggi.



Selain berekspresi dengan seni ukirnya yang khas, mereka juga suka menari dan mendengarkan suara musik dari alat musik tradisional Papua.



Walau jenis alat musik tradisional Papua yang masih sering dipakai hingga saat ini mungkin tidak sebanyak dimasa lalu.



Selain karena makin kurangnya minat generasi muda untuk melestarikannya, juga mungkin karena pengaruh masuknya budaya seni modern ke dalam kehidupan masyarakat Papua.



. Tifa



Alat musik tradisional Tifa ini, banyak digunakan oleh penduduk Papua dan Maluku. Bila diperhatikan sekilas Tifa mirip dengan gendang. Dan dimainkan dengan cara dipukul pula. Tifa dibuat dari batang kayu yang dihilangkan isinya. Salah satu ujungnya lalu ditutupi menggunakan kulit binatang seperti kulit rusa. Kulit rusa ini telah mengalami proses pengeringan terlebih dahulu, agar bisa menghasilkan bunyi yang indah.



· Triton



Berbeda dengan Tifa yang dipukul seperti gendang, Triton adalah alat musik tradisional Papua yang berupa alat tiup. Triton terdapat dihampir seluruh wilayah pantai seperti Kepulauan Raja Ampat, Biak, Teluk Wondama, Yapen Waropen, dan Nabire.



· Pikon



Pikon berasal dari kata pikonane. Dalam bahasa Baliem, Pikonane berarti alat musik bunyi. Alat ini terbuat dari sejenis bambu yang beruas-ruas dan berongga bernama Hite. Pikon yang ditiup sambil menarik talinya ini hanya akan mengeluarkan nada-nada dasar, berupa do, mi dan sol.



Kunst mengelompokkan alat-alat musik tradisional di Nieuw Guinea dalam empat kelompok utama. Pertama, idiofon; kedua, membranofon; ketiga, kordofon; dan, keempat, erofon. Daerah asal instrumen-instrumen ini pun disebut.



Idiofon



Kelompok ini mencakup alat musik yang sumber bunyinya diperoleh dari badannya sendiri. Ada lima jenis idiofon yang ditemukan di Nieuw Guinea:



1. Instrumen yang menghasilkan bunyi kertak-kertuk, dibuat dari buah-buahan kering yang bergelantungan seperti mangga berukuran kecil dan diikat pada suatu tangkai atau batang atau dari beberapa kulit kerang yang dikaitkan melalui seutas tali kecil pada tali pengikat di badan, menghasilkan bunyi tadi ketika pemakainya barangkali menari; asal: Danau Sentani dan Teluk Humboldt.



2. Lonceng yang dibuat dari kerang Konus; ujungnya yang menjorok di bawahnya dibuat dari taring babi hutan; asal: Teluk Humboldt.



3. Balok kayu yang menghasilkan bunyi, bentuknya mirip badan perahu dengan buritan dan haluan yang tampak agak lancip dan bagian tengah dilubangi; asal: Teluk Humboldt.



4. Balokkayu yang menghasilkan bunyi seperti guruh, mirip janin dalam rahim pada posisi berbaring lurus dengan tangan dan kaki terlipat ke dalam, menghadap ke atas; asal: Teluk Humboldt.



5. HarpaYahudi, dibuat dari kulit sejenis pohon palma atau dari bambu, mirip sisir bambu berbentuk lonjong dan lancip di salah satu ujungnya, dimainkan di mulut; asal: Teluk Humboldt dan Sarmi.



Membranofon



Kelompok ini mencakup instrumen yang sumber bunyinya adalah membran (selaput), kulit, atau sejenisnya. Ada juga lima macam instrumen membranofon yang ditemukan di Nieuw Guinea:



1. Tifa bundar, mirip gelas yang agak lonjong dan bergagang, rongga badan dan tangkainya bermotif, bagian yang dipukul dibuat dari kulit hewan yang dikeringkan; asal: pesisir Waropen dan pulau Yapen.



2. Tifa mirip gelas minum berbentuk piala bercampur bentuk silinder; permukaan bundar yang dipukul ditutup kulit hewan yang dikeringkan; asal: pesisir Waropen.



3. Tifa buluh berukuran besar, kulit yang dipukul di bundaran atasnya bergaris-garis sejajar yang rapat dan mengakibatkan tifa ini kelihatan seperti cendawan; asal: Teluk Humboldt.



4. Tifa berkaki dua berbentuk huruf V terbalik, kedua kaki untuk menyangga tifa yang bergagang setengah bundar, kulit yang dipukul di bagian atas datar, membundar ke luar dan bergaris-garis sejajar sepanjang tepinya, badan rongga tifa bermotif; asal: Danau Sentani.



5. Tifa berbentuk sambungan dua gelas minum lonjong secara terbalik dengan gagang bersiku yang panjang, bagian atas ditutupi kulit yang dipukul, bagian bawah bermotif; asal: Teluk Humboldt.

Tifa



Kordofon



Kelompok alat musik ini menghasilkan sumber suaranya dari dawai atau senar. Tidak ada satu pun yang ditemukan atau dicatat Kunst dari Nieuw Guinea kecuali tiga macam dari Papua New Guinea zaman kolonial.



Gitar ukulele, kontra bas, dan gitar empat senar berbadan besar buatan sendiri dan dimainkan di daerah pedesaan di Nieuw Guinea memang tergolong pada instrumen kordofon. Tapi instrumen ini tidak disebut Kunst karena adalah produk yang dipengaruhi kebudayaan Barat, bukan “asli” Papua.



Erofon



Kelompok instrumen musikal ini memakai udara sebagai sumber bunyinya. Ada 10 macam instrumen erofon yang ditemukan di Nieuw Guinea:



1. Terompet kayu yang ditiup pada salah satu ujungnya, modelnya seperti botol gelas Sprite berukuran besar dengan leher berjenjang, ujungnya yang ditiup lebih kecil dari bagian bawah lehernya, bagian luar rongga di bawah lehernya bermotif; asal: Arso dan Danau Sentani.



2. Terompet yang ditiup dari samping, yaitu, dekat salah satu ujungnya, berbentuk kepala manusia yang jidatnya agak miring dan lancip ke ujungnya, bertangkai kecil di “leher” bentuk kepala ini, dari lubang ke arah bawah bundarannya agak melebar, ujung bawah berlubang; asal: Tobati, Jayapura.



3. Terompet buluh yang ditiup di salah satu ujungnya, bermotif; asal: Saberi.

4. Terompet kulit kerang besar yang lubangnya ditiup dari salah satu ujungnya; asal: pesisir Waropen.



5. Terompet kulit kerang besar yang lubangnya ditiup dari samping; asal: pesisir Waropen.

6. Okarina yang dibuat dari sebuah batok kelapa yang kecil, diberi satu lubang kecil di salah satu ujungnya, tempat tali diikat supaya alat itu bisa dipegang, satu lubang agak besar sedikit di atas bagian tengah batok kelapa itu, dan lubang berbentuk mulut ikan di ujungnya yang lain; asal: pesisir selatan Nieuw Guinea. (Okarina modern adalah suatu alat bunyi-bunyian sebesar kepalan tangan yang dibuat dari tanah liat, porselin, atau sejenisnya, punya lubang-lubang untuk memainkan sampai sebanyak 8 nada dengan warna bunyi mirip suara angsa.)



7. Suling bambu bermotif dengan satu lubang bundar dekat salah ujungnya yang memanjang seperti ujung tombak bersiku simetris, tertutup di atas, terbuka di bawahnya; ada berbagai model suling ini, termasuk yang lubangnya segi empat atau melebar seperti mulut orang yang tertawa; asal: Teluk Humboldt dan pesisir utara (Beko, Arso, Waabe, Tobati, Kaptiau).



8. Suling bambu yang pendek, terbuka pada kedua ujungnya, dengan lubang untuk ditiup bersebelahan di tengah; asal: pesisir utara.



9. Suling buluh vertikal tanpa lubang untuk ditutupi jari, salah satu ujungnya yang ditiup dilubangi dan dipotong sebagian besar; asal: pesisir utara (Nacheibe, Ujang, dan Mande).



10. Pan-pipe, suatu istilah bahasa Inggris yang mengacu pada serangkaian pipa vertikal yang pendek dan sederhana yang saling berdempetan untuk menghasilkan suatu tangganada ketika ditiup.



Kunst memakai istilah ini untuk mengacu pada tiga batang buluh dengan ukuran yang berbeda – dari yang paling panjang ke yang paling pendek – yang diikat oleh tali dan ditiup secara bergantian pada lubang di salah satu ujungnya. Asal: Merauke.



Apakah Masih Ada?



Apakah instrumen-instrumen musikal tradisional tadi – kecuali, barangkali, berbagai jenis tifa – masih ada di Papua masa kini? Kalau tidak ada, apakah ada di antara Anda yang berminat untuk menghidupkan kembali instrumen-instrumen tradisional yang sudah hilang itu?



Jasa Anda bukan saja akan dicatat dan dikenang. Jasamu juga bisa menarik perhatian para ahli musik profesional lain untuk mengembangkannya menjadi instrumen-instrumen musikal modern.



Kalau instrumen-instrumen khas Papua ini bisa masuk ke dalam kebudayaan musik dunia, Anda dan orang Papua bisa merasa bangga sudah menyumbang sesuatu dari kebudayaan musikal khas Papua ke dalam kebudayaan musik global masa kini.
read more...

Kamis, 13 September 2012

Tafsiran..



Allah memberi minuman yang segar dan nikmat
tetapi tempat berasalnya sangat hina di mata manusia
yaitu SUSU yang berada di tempat antara kotoran dan darah sapi
tetapi Allah tetap membuat SUSU itu menjadi minuman yang sangat bermanfaat
Q.S. An-Nahl : 66


Allah juga memberi kamu minuman yang segar nikmat dan sangat bermanfaat
yang berasal dari tempat yang sangat suci dari hal-hal yang buruk 

yaitu MADU yang di anggap semua orang-orang adalah minuman yang sangat banyak manfaatnya
Q.S. An-Nahl :68-69

Allah telah memberi setiap orang muslim rizki yang halal dan baik
dan Allah telah menyebutkan apa-apa yang tidak boleh di makan oleh orang muslim
yaitu, bangkai, darah dan daging babi. 

tetapi Allah juga mentoleransi bagi dalam keadaan terpaksa dan tidak ada keinginan untuk memakannya serta tidak melampaui batas maka tidak ada dosa baginya
Q.S. Al Baqarah : 172-173


read more...

Penyembuhan Jerawat dengan Kunyit

Neem dan kunyit memiliki sifat antibakteri dan efektif dalam menyembuhkan jerawat. Nimba (Azadirachta indica) dan kunyit (Curcuma Longa) dapat menekan dan membunuh aktivitas bakteri efektif dalam mengobati ruam jerawat dan infeksi bakteri jerawat.

Minyak nimba diterapkan di daerah yang terinfeksi bermanfaat dalam menyembuhkan jerawat. Kunyit bubuk dicampur dengan baik air atau gel lidah buaya dapat diaplikasikan di atas ruam jerawat.

Kunyit juga dapat digunakan secara internal. Ini adalah bumbu biasa / rempah-rempah dalam memasak tradisional India. Ini tidak hanya menambah selera untuk makanan, tetapi juga membantu hati dengan pembuangan racun. Hal ini juga membantu dalam membunuh bakteri dan infeksi. Oleh karena itu dianggap sebagai pemurni darah dan detoksifikasi agen. Ini juga memberikan keuntungan yang cukup besar dalam mengobati peradangan jerawat.

Kunyit bubuk dan minyak nimba bersama adalah kombinasi yang baik juga untuk perawatan jerawat. Anda juga dapat menghancurkan beberapa neem daun untuk membuat pasta yang Anda menambahkan sdt bubuk kunyit. Menerapkannya lebih dari bintik-bintik jerawat peradangan. Keduanya memiliki sifat antiseptik dan membantu dalam mengendalikan peradangan.

Ini hanya membutuhkan beberapa hari untuk menunjukkan hasil kunyit dalam pengobatan jerawat. Anda dapat mencampur bubuk kunyit dengan minyak kelapa dan menerapkan paste langsung di atas radang jerawat. Biarkan hingga kering dan meninggalkan pasta kering pada peradangan jerawat Anda dalam semalam. Lakukan ini selama dua atau tiga hari dan menemukan peningkatan yang cukup besar dalam kondisi kulit Anda.

Jerawat disebabkan karena ketidakseimbangan hormon juga merupakan disembuhkan dengan cara ini.

read more...

Selasa, 04 September 2012

Tafsir di masa Tabi'in dan Tadwin







      Bab I Pendahuluan

A. Latar belakang

Perbedaan semua hala yang terjadi di masa sekarang dengan masa yang lalu. Dalam hal tafsir kita juga harus mengerti tafsir-tafsir di masa Nabi Muhammad dan setelahnya. Di karenakan di masa lalu itu biasanya menjadi pedoman dan acuan untuk masa sekarang ini. Tafsir penting Karena untuk alat mengambil inti sari dan maksud dari dalam AL-quran. Di mana bahasa Al-quran itu tidak bisa dengan perkiraan bahasa lain, karena jika kita salah artikan bisa-bisa semua hukum yang di ambil salah dan bisa keluar dari jalan kaidah Islam.

Kita juga harus mengetahui tafsiran tafsiran yang ada pada zaman—zaman sesudah Nabi Muhammad SAW dan ciri-ciri yang tampak dalam masa-masa tertentu.

B. Tujuan Penulis

Adapun yang menjadi tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk mencari tahu tentang tafsir di masa-masa sesudah Nabi Muhammad dan para Sahabat ,untuk menambah pengetahuan kita akan sejarah tafsir yang sudah samapai pada jaman modern seperti sekarang, dan juga sebagai bahan materi memperluas wawasan pengetahuan kita dalam studi agama islam baik bagi penulis maupun pembaca.



Bab II Tafsir Pada Masa Tabi’in

Setelah meninggalnya Rasulullah yang kemudian perpindah kepemimpinan diserahkan kepada Khalifah rasydhin menjadikan daerah kekuasa Islam meluas sehingga memaksa para Sahabat berhijrah guna mengajarkan hakikat Islam yang sebenar-benarnya kepada masyarakat luas. Maka di sini kita akan mendapatkan Madrasah, Sekolah serta Mazhab-Mazhab yang mengkaji Islam secara luas yang dibawahi oleh para Sahabat sehingga menjadi landasan terbentukya para Tabiin yang paham akan ayat-ayat Al-qur’an dengan bimbingan serta arahan para Sahabat Rasulallah. Selain itu kita juga akan mendapatkan Madrasah yang terkenal yang mengkaji Al-qur’an pada waktu itu seperti :

Madrasah tafsir di Mekah yang dikepalai oleh Abdullah bin Abbas. 
Imam Suyuthy mengutip pendapat Ibnu Taimiyah, bahwa berkata: "Orang yang paling pandai tentang tafsir adalah orang-orang Makkah yaitu Abdullah bin Abbas".yang telah membentuk seorang Tabi’in yang handal dalam masalah tafsir seperti:, Mujahid bin Jabar, Ikrimah Maula Ibnu Abbas, Thawus bin Kaisan Al- Yamany, dan Atha bin Aby Rabbah, Said Bin Juber 


Di bawah ini kami tuliskan otobiografi ringkas tentang kehidupan ulama-ulama tadi.

A. Mujahid bin Jabar

Mujahid dilahirkan pada tahun 21 Hijrah dan meninggal pada tahun 103 Hijrah. Nama lengkapnya Mujahid bin Jabar yang bergelar Abu Hajjaj Al-Makky. Ia seorang ulama yang terkenal dalam tafsir. Adz-Dzahaby mengatakan: "Ia adalah guru ahli baca Al-Qur'an dan ahli tafsir yang tidak diragukan. Ia mengambil tafsir qur'an dari Ibnu Abbas". Ia salah seorang murid Ibnu Abbas yang paling hebat dan yang paling dipercaya untuk meriwayatkan tafsir. Oleh karenanya, Imam Bukhari banyak berpegang pada tafsirnya, sebagaimana halnya ahli-ahli tafsir yang lain, mereka juga banyak berpegang atas riwayatnya. Ia sering mengadakan perjalanan kemudian menetap di Kufah. Bila ada hal yang mengagumkan dia, maka ia pergi dan menyelidikinya.

Mujahid belajar Tafsir Kitabullah Al-Qur'an dari gurunya, Ibnu Abbas dengan cara membacakannya pada Ibnu Abbas dengan penuh pemahaman, penghayatan dan penelitian pada setiap ayat Al-Qur'an, kemudian Mujahid menanyakan artinya dan penjelasan rahasia-rahasianya.

Imam Al-Fudhail bin Maimun meriwayatkan dari Mujahid bahwa ia berkata: "Aku pernah menyodorkan Al-Qur'an kepada Ibnu Abbas sebanyak tiga kali, dimana pada setiap ayat aku berhenti sambil menanyakan: "Dalam hal apa ayat itu diturunkan dan bagaimana ayat tersebut diturunkan?"

Pertanyaan yang diajukan Mujahid kepada gurunya itu semata-mata hanya untuk minta penjelasan Al-Qur'an, mengetahui rahasia-rahasianya dan memahami hikmah-hikmah serta hukum-hukumnya. Sehubungan dengan itu Imam Nawawi berkata: "Apabila datang kepadamu tafsir dari Mujahid maka cukuplah untukmu". Artinya tafsir itu sudah cukup, tidak perlu lagi tafsir yang lain apabila perawinya Imam Mujahid.

B. Atha bin Aby Rabbah

Ia dilahirkan pada tahun 27 Hijrah dan wafat pada tahun 114 Hijrah. Ia hidup di Makkah sebagai ahli fatwa dan ahli hadits bagi penduduknya. Ia seorang Tabi'in yang tergolong tokoh-tokoh ahli fiqh. Ia sangat percaya dan mantap kepada riwayat Ibnu Abbas.

Imam besar Abu Hanifah An-Nu'man berkata: "Aku belum pernah jumpa dengan seorang yang lebih utama daripada Imam 'Atha' bin Aby Rabbah". Qatadah mengatakan: "Tabi'in yang paling pandai itu ada empat, yaitu: 'Atha' bin Aby Rabbah seorang yang paling pandai tentang manasik, Sa'id bin Jubair orang yang paling pandai tentang tafsir dan seterusnya", Ia meninggal dunia di kota Makkah dan dikebumikan juga di kota itu dalam usia 47 tahun.


C. Ikrimah Maula Ibnu Abbas

Ia lahir pada tahun 25 Hijrah dan wafat pada tahun 105 Hijrah. Imam Syafi'i pernah mengatakan tentang dia: "Tidak ada seorangpun yang lebih pintar perihal Kitabullah daripada Ikrimah", ia adalah maula (hamba) Ibnu Abbas r.a. ia menerima ilmunya langsung dari Ibnu Abbas, begitu juga Al-Qur'an dan Sunnah", ia mengatakan: "Aku telah menafsirkan isi lembaran-lembaran mushhaf dan segala sesuatu yang aku bicarakan tentang Al-Qur'an, semuanya dari Ibnu Abbas".
Tentang otobiografinya dalam kitab Al-I'lam disebutkan sebagai berikut: "Ikrimah bin Abdullah Al-Barbary Al-Madany, Abu Abdillah seorang hamba Abdul1ah bin Abbas, adalah Tabi'in yang paling pandai tentang tafsir dan kisah-kisah peperangan, ia sering merantau ke negara-negara luar. Diantara tiga ratus orang yang meriwayatkan tafsir daripadanya tujuh puluh lebih adalah golongan tabi'in. Ia pernah juga ke Maghrib untuk mengambil ilmu dari penduduknya kemudian ia kembali ke Madinah Al-Munawwarah. Setelab ia kembali di Madinah ia dicari Amirnya, tetapi ia menghilang sampai mati.
Kewafatannya di kota Madinah bersamaan dengan kewafatan seorang penyair tenar Kutsayyir Azzah dalam hari yang sama, sehingga dikatakan orang: "Seorang ilmiawan dan seorang penyair meninggal dunia".

D. Thawus bin Kaisan Al-Yamany

Ia dilahirkan pada tahun 33 Hijrah dan wafat pada tahun 106 Hijrah, ia terkenal sebagai penafsir Al-Qur'an. Kemahirannya menunjukkan tentang hafalan, kecerdasan, dan ketakwaannya serta jauh dari keduniawian, dan ahli islah, ia menjumpai sekitar lima puluh orang sahabat. Banyak orang-orang yang menerima ilmu pengetahuan daripadanya, ia seorang ahli ibadah serta tidak terpengaruh pada dunia. Dituturkan orang ia menunaikan ibadah haji di tanah haram sebanyak empat puluh kali. Kalau ia berdo'a selalu dikabul, sehingga Ibnu Abbas pernah berkata: "Aku menduga Thawus adalah ahli surga".

Dalam kitab Al-I'lam disebutkan tentang otobiografinya sebagai berikut: "Thawus bin Kaisan Al-Khulany Al-Hamdany Abu Abdirrahman adalah tergolong Tabi'in yang sangat besar tentang pengetahuan agamanya, riwayat haditsnya, kesederhanaan hidupnya dan keberaniannya memberi nasihat kepada khalifah-khalifah dan raja-raja. Beliau berasal dari Persia sedang tempat kelahiran dan kedewasannya adalah Yaman. Ia wafat pada waktu menjalankan ibadah haji di Muzdalifah, yang ketika itu seorang hhalifah Hisyam bin Abdul Malik sedang menunaikan haji juga, lalu beliau menyembahyangkannya.

Ia enggan mendekati Raja-raja dan Amir-amir, Ibnu Taimiyah mengatakan: "Orang yang selalu menjauhi Sultan itu ada tiga yaitu, Abu Dzar, Thawus dan Ats-Tsaury". 

Sedangkan Madrasah tafsir di Madinah dikepalai oleh Abi Bin kab yang mempunyai murid: Zaid bin Aslam, Abu Aliyah dan Muhammad bin Kab Qurjiy mereka yang langsung mengambil ilmu tafsir dari Abi.


Adapun Madrasah tafsir yang terletak di Irak dikepalai oleh Abdullah bin Mas’ud yang banyak menggunakan tafsir dengan ra’yu dan ijtihad dalam metode menafsirkan al-qur’an sehingga menjadikan mereka ahli ra’yu dan ijtihad, adapun murid-murid beliau;


Alqomah bin Kues, Masruk, Al- Aswad bin Yazid, Murotul Hamdani, Amiru Syaby, Al- Hasan Al- Basory, Qotadah
NILAI TAFSIR MA’TSUR TABI’IN.


Setelah kita membahas Madrasah tafsir dan orang-orang yang berkecimbung di bidang tersebbut sekarang kita beranjak kepada nilai tafsir ma’sur dari Tabi’in menurut kaca mata ulama Islam’’ para ulama banyak berbeda pendapat dalam menyikapi tafsir Tabi’in yang perkataan mereka tidak dilandasi dengan hadist dari Rasulallah ataupun Sahabat.


Maka disini Imam Ahmad memberiskan dua gambaran yang pertama “menerima dan yang kedua “menolak tafsir Tabi’in menurut Ibnu Aqil yang diceritakan dari Sa’bah dengan dalil” 



1. Bahwa Tabiin tidak mendengar dari Rasulallah maka tidak mungkin dapat disamakan tafsir mereka dengan tafsirntya sahabat yang mendengar Rasulallah secara langsung.



2. Mereka tidak menyaksikan secara langsung pembacaan dan keberadaan turunya Al-qur’an maka bisa saja pendapat mereka salah dalam memahami maksud Al qur’an dan menyangka yang bukan dari dalilnya menjadikan dalilnya. Maka dari sini tafsir Tabiin tidak bisa dijadikan nas yang qat’i kebenarannya, berbedah dengan penafsiran Sahabat. Sebagaimana yang dinukilkan oleh Abu Hanifah” Apa-apa yang datang dari Rasulallah maka aku tunduk dan patuh terhadapnya, dan apa-apa yang datang dari Sahabat maka kita bisa memilihnya, dan apa-apa yang datang darI Tabiin mereka adalah lelaki dan kita juga lelaki. 


Namun demikian, ada juga sebagian ulama yang mengambil serta menjadikan perkataan Tabiin sebagai salah satu dalil dalam tafsir mereka dengan alas an, karena sebagian besar para Tabiin belajar tafsir dari Sahabat seperti” Mujahid, Said bin Juber beliau belajar tafsir dengan ahlinya pada jaman Sahabat yaitu Abdullah bin Abbas.


Sedangkan menurut Ustadz Az-Zarqany dalam kitabnya Manahilul Irfan menyebutkan dengan kata-kata yang begitu baik tentang tafsir dengan ma'tsur setelah beliau mengemukakan kutipan dari Imam Ahmad ra., dan Ibnu Taimiyah. Beliau berkata: "Pendapat yang paling adil dalam hal ini ialah bahwa tafsir dengan ma'tsur itu ada dua macam: 
Pertama: Tafsir yang dalil-dalilnya memenuhi persyaratan shahih dan diterima. Tafsir yang demikian tidak layak untuk ditolak oleh siapapun, tidaklah dibenarkan untuk mengabaikan dan melupakannya. Tidak benar kalau dikatakan bahwa tafsir yang demikian itu tidak bisa dipakai untuk memahami Al-Qur'an bahkan kebalikannya, tafsir tersebut adalah sarana yang kuat untuk mengambil petunjuk dari Al-Qur'an. 




Kedua: Tafsir yang dalil sumbernya tidak shahih karena beberapa faktor maka tafsir yang demikian harus ditolak dan tidak boleh diterima serta tidak patut untuk dipelajari (ditekuni). Kebanyakan ahli tafsir yang waspada seperti Ibnu Katsir selalu meneliti/memperhatikan sampai dimana kebenarannya yang mereka kutip dan kemudian membuangnya yang tidak benar atau dha'if.


Sedangkan menurut Ustadz Muhammad Husen Adzhabi” Bahwasanya perkataan Tabiin didalam tafsir tidak wajib untuk diambil manjadi dalil, kecuali apabila tidak ada bidang ra’yu didalamnya, maka kita boleh mengambilnya menjadi sebuah dalil jikalau tidak ada keraguan didalamnya, namun apabila terdapat keraguan didalamnya seperti mereka mengambil dari Ahli kitab, maka hal tersebut kita tinggalkan dan jangan menyandarkan diri padanya, namun apabila hal tersebut keputusan hasil musyawarahnya para Tabiin dengan menggunakan ra’yu mereka, maka wajib bagi kita untuk menjadikannya dalil dan jangan menyandarkan pendapat kita kepada yang lain. 

KARAKTERISTIK TAFSIR DIMASA TABIIN.

1. Terkontiminasinya tafsir dimasa ini, dengan masuknya Israiliat dan Nasraniyat, yang bertentangan dengan 'aqidah Islamiyah. Yang dibawa masuk ke dalam kalangan umat Islam dari kelompok Islam yang dahulunya Ahli kitab seperti Abdullah bin Salam, Ka'ab Ahbar, Abdul Malik bin Abdul Ajiz ibnu Jariz.


2. Tafsir pada jaman dahulu senantiasa terpelihara dengan metode talaki dan riwayat akan tetapi pada jaman Tabi’in metode dalam periwayatannya dengan metode globalsehingga tidak sama aseperti dijaman Rasulallah dan Sahabat. 



3. Munculnya benih-benih perbedaan mazhab pada masa ini, sehingga implikasi sebagian tafsir digunakan untuk keperluan mazhab mereka masing-masing.sehingga tidak diragukan lagi ini akan membawa dampak bagi tafsir itu sendiri.seperti Hasan Al-basari 
telah menafsirkan Al-qur’an dengan menetapkan qadar dan mengkafirkan orang yang mendustainya. 



4. Banyaknya perbedaan pendapat dikalangan para Tabiin didalam masalah tafsir.walaupun terdapat pula dijaman sahabat namun tidak begitu banyak seperti dijaman Tabi’in














Bab III Tafsir di Masa Tadwin






Penafsiran pada masa Tadwin di bagi menjadi 5 tahapan, yaitu :






1. Tahap Pertama


Tahap ini adalah tafsir pada masa Dinasti Umayyah. Tafsir masih belum di bukukan secara sistematis, yaitu di susun secara berurutan ayat demi ayat dan surah demi surah dari awal Al Quran sampai saat ini. Tetapi hanya merupakan usaha sampingan dari para ulama dalam rangka mengumpulkan hadis-hadis yang tersebar diberbagai daerah. Karena pada waktu itu, para ulama lebih memprioritaskan terhadap hadis, sehingga tafsir hanya merupakan salah satu bab dari sekian banyak bab yang di cakupnya, dan tafsir tersebut di bukukan dalam bentuk bagian dari pebukukan hadis.


2. Tahap kedua






Al Quran di tafsirkan secara sistematis, sesuai dengan tertib mushaf. Usaha ini mulai berlaku di akhir abad III Hijriyah dan berakhir pada awal abad V Hijriyah.


Dalam pengambilan riwayat, terkadang juga di sertai dengan adanya pentarjihan terhadap pendapat-pendapat yang di riwayatkan Dan memberikan kesimpulan sejumlah hokum serta menjelaskan kedudukan kata jika di perlukan. Sebagaimanayang di lakukan oleh At tabari dalam kitabnya Jamiul Bayan fi Tafsir-ilQuran.






3. Tahap Ketiga






Tahap ini adalah tafsir pada masa Dinasti Abbasiyah. Pada masa ini tafsir mulai di bukukan dengan cara meringkas sanad dan hadis yang mengandung penafsiran dan menukil pendapat para ulama tanpa menyebutkan orangnya. Sehingga menyulitkan dalam membedakan antara sanad yang shahih dan yang dhaif yang menyebabkan para mufassir berikutnya mengambil tafsir ini tanpa melihat kebenaran atau kesalahan dari tafsir tersebut. Hal itu menyebabkan mufassir berbeda pendapat yang tajam ketika menafsirkan ayat 7 dalam surah Al Fatihah hingga sepuluh pendapat , padahal para ulama tafsir sepakat bahwa maksud dari ayat tersebut adalah orang-orang Yahudi dan Nasrani.






4. Tahap Keempat






Pembukuan tafsir banyak di warnai dengan buku-buku terjemahan dari luar Islam. Sehingga metode penafsiran bil ra’yi (dengan akal) lebih dominan di bandingkan dengan metode bin naqli (dengan periwayatan). Pada periode ini juga mulai terjadi spesilisasi tafsir menurut bidang keahlian para mufassir. Pakar fikih menafsirkan ayat Al Quran dari segi hukumnya seperti Al Qurtubi. Pakar sejarah melihatnya dari sudut sejarah seperti Ats Tsa’labi, Al Khazin dan lain lain.






5. Tahap kelima






Tumbuhnya tafsir Maudhui yaitu membukukan tafsir menurut suatu pembahasan tertentu sesuai disiplin bidang keilmuan seperti yang di tulis oleh Ibnu Qoyyim dalam At Tibyan fi Aqsam-il Quran, Abu Ja’far An Nukhas dengan Nasih wal Mansukh, Al Wahidi dengan Asbab-un Nuzul dan Al Jashsash dengan Ahkam-ul Quran.





read more...

Senin, 03 September 2012

Tafsir di masa para Tabi'in


Setelah meninggalnya Rasulallah yang kemudian estapet kepemimpinan diserahkan kepada Khalifah rasydhin menjadikan daerah kekuasa Islam meluas sehingga memaksa para Sahabat berhijrah guna mengajarkan hakikat Islam yang sebenar-benarnya kepada masyarakat luas, maka di sini kita akan mendapatkan Madrasah, Sekola serta Mazhab-Mazhab yang mengkaji Islam secara luas yang dibawahi oleh para Sahabat sehingga menjadi landasan terbentukya para Tabiin yang paham akan ayat-ayat Al-qur’an dengan bimbingan serta arahan para Sahabat Rasulallah, selain itu kita juga akan mendapatkan Madrasah yang terkenal yang mengkaji Al-qur’an pada waktu itu seperti :
Madrasah tafsir di Mekah yang dikepalai oleh Abdullah bin Abbas.
Imam Suyuthy mengutip pendapat Ibnu Taimiyah, bahwa berkata: "Orang yang paling pandai tentang tafsir adalah orang-orang Makkah yaitu Abdullah bin Abbas".yang telah membentuk seorang Tabi’in yang handal dalam masalah tafsir seperti:, Mujahid bin Jabar, Ikrimah Maula Ibnu Abbas, Thawus bin Kaisan Al- Yamany, dan Atha bin Aby Rabbah, Said Bin Juber Di bawah ini kami tuliskan otobiografi ringkas tentang kehidupan ulama-ulama tadi.



a. Mujahid bin Jabar

Mujahid dilahirkan pada tahun 21 Hijrah dan meninggal pada tahun 103 Hijrah. Nama lengkapnya Mujahid bin Jabar yang bergelar Abu Hajjaj Al-Makky. Ia seorang ulama yang terkenal dalam tafsir. Adz-Dzahaby mengatakan: "Ia adalah guru ahli baca Al-Qur'an dan ahli tafsir yang tidak diragukan. Ia mengambil tafsir qur'an dari Ibnu Abbas". Ia salah seorang murid Ibnu Abbas yang paling hebat dan yang paling dipercaya untuk meriwayatkan tafsir. Oleh karenanya, Imam Bukhari banyak berpegang pada tafsirnya, sebagaimana halnya ahli-ahli tafsir yang lain, mereka juga banyak berpegang atas riwayatnya. Ia sering mengadakan perjalanan kemudian menetap di Kufah. Bila ada hal yang mengagumkan dia, maka ia pergi dan menyelidikinya.

Mujahid belajar Tafsir Kitabullah Al-Qur'an dari gurunya, Ibnu Abbas dengan cara membacakannya pada Ibnu Abbas dengan penuh pemahaman, penghayatan dan penelitian pada setiap ayat Al-Qur'an, kemudian Mujahid menanyakan artinya dan penjelasan rahasia-rahasianya.

Imam Al-Fudhail bin Maimun meriwayatkan dari Mujahid bahwa ia berkata: "Aku pernah menyodorkan Al-Qur'an kepada Ibnu Abbas sebanyak tiga kali, dimana pada setiap ayat aku berhenti sambil menanyakan: "Dalam hal apa ayat itu diturunkan dan bagaimana ayat tersebut diturunkan?"

Pertanyaan yang diajukan Mujahid kepada gurunya itu semata-mata hanya untuk minta penjelasan Al-Qur'an, mengetahui rahasia-rahasianya dan memahami hikmah-hikmah serta hukum-hukumnya. Sehubungan dengan itu Imam Nawawi berkata: "Apabila datang kepadamu tafsir dari Mujahid maka cukuplah untukmu". Artinya tafsir itu sudah cukup, tidak perlu lagi tafsir yang lain apabila perawinya Imam Mujahid.

b. Atha bin Aby Rabbah

Ia dilahirkan pada tahun 27 Hijrah dan wafat pada tahun 114 Hijrah. Ia hidup di Makkah sebagai ahli fatwa dan ahli hadits bagi penduduknya. Ia seorang Tabi'in yang tergolong tokoh-tokoh ahli fiqh. Ia sangat percaya dan mantap kepada riwayat Ibnu Abbas.

Imam besar Abu Hanifah An-Nu'man berkata: "Aku belum pernah jumpa dengan seorang yang lebih utama daripada Imam 'Atha' bin Aby Rabbah". Qatadah mengatakan: "Tabi'in yang paling pandai itu ada empat, yaitu: 'Atha' bin Aby Rabbah seorang yang paling pandai tentang manasik, Sa'id bin Jubair orang yang paling pandai tentang tafsir dan seterusnya", Ia meninggal dunia di kota Makkah dan dikebumikan juga di kota itu dalam usia 47 tahun.


c. Ikrimah Maula Ibnu Abbas

Ia lahir pada tahun 25 Hijrah dan wafat pada tahun 105 Hijrah. Imam Syafi'i pernah mengatakan tentang dia: "Tidak ada seorangpun yang lebih pintar perihal Kitabullah daripada Ikrimah", ia adalah maula (hamba) Ibnu Abbas r.a. ia menerima ilmunya langsung dari Ibnu Abbas, begitu juga Al-Qur'an dan Sunnah", ia mengatakan: "Aku telah menafsirkan isi lembaran-lembaran mushhaf dan segala sesuatu yang aku bicarakan tentang Al-Qur'an, semuanya dari Ibnu Abbas".
Tentang otobiografinya dalam kitab Al-I'lam disebutkan sebagai berikut: "Ikrimah bin Abdullah Al-Barbary Al-Madany, Abu Abdillah seorang hamba Abdul1ah bin Abbas, adalah Tabi'in yang paling pandai tentang tafsir dan kisah-kisah peperangan, ia sering merantau ke negara-negara luar. Diantara tiga ratus orang yang meriwayatkan tafsir daripadanya tujuh puluh lebih adalah golongan tabi'in. Ia pernah juga ke Maghrib untuk mengambil ilmu dari penduduknya kemudian ia kembali ke Madinah Al-Munawwarah. Setelab ia kembali di Madinah ia dicari Amirnya, tetapi ia menghilang sampai mati.
Kewafatannya di kota Madinah bersamaan dengan kewafatan seorang penyair tenar Kutsayyir Azzah dalam hari yang sama, sehingga dikatakan orang: "Seorang ilmiawan dan seorang penyair meninggal dunia".

d. Thawus bin Kaisan Al-Yamany

Ia dilahirkan pada tahun 33 Hijrah dan wafat pada tahun 106 Hijrah, ia terkenal sebagai penafsir Al-Qur'an. Kemahirannya menunjukkan tentang hafalan, kecerdasan, dan ketakwaannya serta jauh dari keduniawian, dan ahli islah, ia menjumpai sekitar lima puluh orang sahabat. Banyak orang-orang yang menerima ilmu pengetahuan daripadanya, ia seorang ahli ibadah serta tidak terpengaruh pada dunia. Dituturkan orang ia menunaikan ibadah haji di tanah haram sebanyak empat puluh kali. Kalau ia berdo'a selalu dikabul, sehingga Ibnu Abbas pernah berkata: "Aku menduga Thawus adalah ahli surga".

Dalam kitab Al-I'lam disebutkan tentang otobiografinya sebagai berikut: "Thawus bin Kaisan Al-Khulany Al-Hamdany Abu Abdirrahman adalah tergolong Tabi'in yang sangat besar tentang pengetahuan agamanya, riwayat haditsnya, kesederhanaan hidupnya dan keberaniannya memberi nasihat kepada khalifah-khalifah dan raja-raja. Beliau berasal dari Persia sedang tempat kelahiran dan kedewasannya adalah Yaman. Ia wafat pada waktu menjalankan ibadah haji di Muzdalifah, yang ketika itu seorang hhalifah Hisyam bin Abdul Malik sedang menunaikan haji juga, lalu beliau menyembahyangkannya.

Ia enggan mendekati Raja-raja dan Amir-amir, Ibnu Taimiyah mengatakan: "Orang yang selalu menjauhi Sultan itu ada tiga yaitu, Abu Dzar, Thawus dan Ats-Tsaury".




Sedangkan Madrasah tafsir di Madinah dikepalai oleh Abi Bin kab yang mempunyai murid: Zaid bin Aslam, Abu Aliyah dan Muhammad bin Kab Qurjiy mereka yang langsung mengambil ilmu tafsir dari Abi.
Adapun Madrasah tafsir yang terletak di Irak dikepalai oleh Abdullah bin Mas’ud yang banyak menggunakan tafsir dengan ra’yu dan ijtihad dalam metode menafsirkan al-qur’an sehingga menjadikan mereka ahli ra’yu dan ijtihad, adapun murid-murid beliau;
Alqomah bin Kues, Masruk, Al- Aswad bin Yazid, Murotul Hamdani, Amiru Syaby, Al- Hasan Al- Basory, Qotadah
NILAI TAFSIR MA’TSUR TABI’IN.
Setelah kita membahas Madrasah tafsir dan orang-orang yang berkecimbung di bidang tersebbut sekarang kita beranjak kepada nilai tafsir ma’sur dari Tabi’in menurut kaca mata ulama Islam’’ para ulama banyak berbeda pendapat dalam menyikapi tafsir Tabi’in yang perkataan mereka tidak dilandasi dengan hadist dari Rasulallah ataupun Sahabat.
Maka disini Imam Ahmad memberiskan dua gambaran yang pertama “menerima dan yang kedua “menolak tafsir Tabi’in menurut Ibnu Aqil yang diceritakan dari Sa’bah dengan dalil”
 

1. Bahwa Tabiin tidak mendengar dari Rasulallah maka tidak mungkin dapat disamakan tafsir mereka dengan tafsirntya sahabat yang mendengar Rasulallah secara langsung.
 

2. Mereka tidak menyaksikan secara langsung pembacaan dan keberadaan turunya Al-qur’an maka bisa saja pendapat mereka salah dalam memahami maksud Al qur’an dan menyangka yang bukan dari dalilnya menjadikan dalilnya. Maka dari sini tafsir Tabiin tidak bisa dijadikan nas yang qat’i kebenarannya, berbedah dengan penafsiran Sahabat. Sebagaimana yang dinukilkan oleh Abu Hanifah” Apa-apa yang datang dari Rasulallah maka aku tunduk dan patuh terhadapnya, dan apa-apa yang datang dari Sahabat maka kita bisa memilihnya, dan apa-apa yang datang darI Tabiin mereka adalah lelaki dan kita juga lelaki.
Namun demikian, ada juga sebagian ulama yang mengambil serta menjadikan perkataan Tabiin sebagai salah satu dalil dalam tafsir mereka dengan alas an, karena sebagian besar para Tabiin belajar tafsir dari Sahabat seperti” Mujahid, Said bin Juber beliau belajar tafsir dengan ahlinya pada jaman Sahabat yaitu Abdullah bin Abbas.
Sedangkan menurut Ustadz Az-Zarqany dalam kitabnya Manahilul Irfan menyebutkan dengan kata-kata yang begitu baik tentang tafsir dengan ma'tsur setelah beliau mengemukakan kutipan dari Imam Ahmad ra., dan Ibnu Taimiyah. Beliau berkata: "Pendapat yang paling adil dalam hal ini ialah bahwa tafsir dengan ma'tsur itu ada dua macam:
Pertama: Tafsir yang dalil-dalilnya memenuhi persyaratan shahih dan diterima. Tafsir yang demikian tidak layak untuk ditolak oleh siapapun, tidaklah dibenarkan untuk mengabaikan dan melupakannya. Tidak benar kalau dikatakan bahwa tafsir yang demikian itu tidak bisa dipakai untuk memahami Al-Qur'an bahkan kebalikannya, tafsir tersebut adalah sarana yang kuat untuk mengambil petunjuk dari Al-Qur'an.





Kedua: Tafsir yang dalil sumbernya tidak shahih karena beberapa faktor maka tafsir yang demikian harus ditolak dan tidak boleh diterima serta tidak patut untuk dipelajari (ditekuni). Kebanyakan ahli tafsir yang waspada seperti Ibnu Katsir selalu meneliti/memperhatikan sampai dimana kebenarannya yang mereka kutip dan kemudian membuangnya yang tidak benar atau dha'if.
Sedangkan menurut Ustadz Muhammad Husen Adzhabi” Bahwasanya perkataan Tabiin didalam tafsir tidak wajib untuk diambil manjadi dalil, kecuali apabila tidak ada bidang ra’yu didalamnya, maka kita boleh mengambilnya menjadi sebuah dalil jikalau tidak ada keraguan didalamnya, namun apabila terdapat keraguan didalamnya seperti mereka mengambil dari Ahli kitab, maka hal tersebut kita tinggalkan dan jangan menyandarkan diri padanya, namun apabila hal tersebut keputusan hasil musyawarahnya para Tabiin dengan menggunakan ra’yu mereka, maka wajib bagi kita untuk menjadikannya dalil dan jangan menyandarkan pendapat kita kepada yang lain.

KARAKTERISTIK TAFSIR DIMASA TABIIN.

1. Terkontiminasinya tafsir dimasa ini, dengan masuknya Israiliat dan Nasraniyat, yang bertentangan dengan 'aqidah Islamiyah. Yang dibawa masuk ke dalam kalangan umat Islam dari kelompok Islam yang dahulunya Ahli kitab seperti Abdullah bin Salam, Ka'ab Ahbar, Abdul Malik bin Abdul Ajiz ibnu Jariz.
 

2. Tafsir pada jaman dahulu senantiasa terpelihara dengan metode talaki dan riwayat akan tetapi pada jaman Tabi’in metode dalam periwayatannya dengan metode globalsehingga tidak sama aseperti dijaman Rasulallah dan Sahabat.
 

3. Munculnya benih-benih perbedaan mazhab pada masa ini, sehingga implikasi sebagian tafsir digunakan untuk keperluan mazhab mereka masing-masing.sehingga tidak diragukan lagi ini akan membawa dampak bagi tafsir itu sendiri.seperti Hasan Al-basari
telah menafsirkan Al-qur’an dengan menetapkan qadar dan mengkafirkan orang yang mendustainya.
 

4.Banyaknya perbedaan pendapat dikalangan para Tabiin didalam masalah tafsir.walaupun terdapat pula dijaman sahabat namun tidak begitu banyak seperti dijaman Tabi’in
read more...